Rabu, 03 Februari 2016

Pipeline Inspection

Jalur pipa bawah laut yang sudah beroperasi bukan berarti sudah boleh dibiarkan begitu saja. Harus dilakukan inspeksi terhadapnya. Mengapa perlu melakukan inspeksi?
Menurut sebuah perusahaan yang bergerak di bidang offshore pipeline, yaitu Subsea7: ‘‘The operator shall ensure that a pipeline is maintained in an efficient state, in efficient working order and in good repair.”
Menurut Pipeline Safety Regulations 1996:
  • To apply a common approach to the control of risks from pipelines, both on and offshore
  • To replace existing pipeline safety regimes with a single goal-setting group of regulations reflecting the general policy of the Health and Saefty at Work etc Act (HASAWA) 1974.
Menurut Regulation 13, “The pipeline operator needs to consider both how and when the pipeline should be surveyed and examined to validate and maintain it is in a safe condition.”
Selain itu, akibat yang akan ditimbulkan dari kerusakan pada pipa akan merugikan lingkungan di sekitar pipa dan operator dari segi loss of production dan biaya perbaikan pipa.
Terdapat beberapa inspeksi yang umum dilakukan pada pipa bawah laut, antara lain:
  1. General Visual Inspection (GVI)
Merupakan inspeksi dengan cara melihat langsung kondisi pipa saat itu juga. Dapat menggunakan kamera yang terpasang pada diver atau ROV. Beberapa informasi yang diharapkan akan diperoleh saat melakukan GVI:
  • Panjang freespan pada pipa
  • Damage pada permukaan luar pipa
  • Debris yang mengganggu pipa
  • Kondisi cathodic protection
  • Pipeline-cable crossings
  • Pergerakan lateral yang dialami pipa
  1. Close Visual Inspection (CVI)
Inspeksi ini  bertujuan untuk melakukan pengamatan lebih detail mengenai suatu area spesifik. Yang biasa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah membersihkan permukaan luar pipa dari marine growth yang lunak maupun keras, melepas lapisan pelindung korosi (corrosion coating), serta selimut beton pada pipa. CVI biasa dilakukan oleh diver setelah melakukan GVI.
  1. Alternating Current Field Measurement (ACFM)
Adalah inspeksi secara electromagnet, yang bertujuan untuk menemukan lokasi crackpada lasan dan permukaan suatu material. Konsepnya adalah arus listrik yang mengalir pada suatu komponen akan terganggu oleh keberadaan suatu crack. ACFM tergolong dalam Non-destructive Test (NDT).
Permukaan pipa akan di-scan melalui sentuhan langsung menggunakan suatu probeyang dialiri arus. Kemudian, medan elektromagnetik di sekitar titik tinjauan akan diukur. Keberadaan crack akan merusak distribusi medan elektromagnetik. Visualisasi dari kondisi tersebut akan ditampilkan dalam bentuk gambar dan akan langsung dikirim ke computer untuk dianalisis. ACFM dapat pula digunakan untuk mendeteksi korosi.
73
Prinsip kerja ACFM.
Keunggulan bila menggunakan  teknologi ACFM, diantaranya:
  • Dapat menembus permukaan yang dilapisi cat, coating, dan marine growth sehingga tidak perlu melakukan perontokan sebelumnya.
  • Dapat diterapkan pada lingkungan darat maupun lingkungan bawah air.
  • Memberikan informasi kedalaman dan panjang suatu crack.
  • Akurasi pengukuran defect hingga kedalaman 25 mm.
  • Dapat digunakan pada permukaan material ferritic atau ­nonferritic.
  1. Ultrasonic Thickness Measurement (UTM)
Merupakan salah satu golongan NDT, bertujuan untuk mengetahui ketebalan suatu benda logam solid metal. Prinsipnya adalah menembakkan gelombang ultrasonic ke permukaan pipa menggunakan probe. Gelombang akan berpenetrasi ke dalam pipa. Kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan oleh gelombang tersebut untuk kembali ke permukaan. Hasil perhitungan akan ditampilkan dalam monitor, menunjukkan angka ketebalan material yang diinspekasi.
74
Alat UTM.
  1. Straightness
Untuk mengetahui apakah terjadi bending secara global yang megakibatkan jalur pipa tidak lurus (Out-of-Straightness, OOS). Kondisi ini dapat disebabkan oleh, diantaranya:
  • Ketidaksempurnaan kondisi seabed di bawah jalur pipa, seperti adanya batu berukuran besar atau bukit-bukit kecil.
  • Pengaruh tekanan dan temperature dari dalam pipa.
  1. Ovality
Pipa dapat mengalami deformasi akibat pengaruh dari dalam maupun luar pipa. Salah satu bentuk deformasinnya adalah penampang pipa yang tidak lagi bundar seperti kondisi pascafabrikasi. Inspeksi kebundaran penampang pipa dapat dilakukan menggunakan Pipe Gauge atau probe. Jumlah probe minimal dalam pengukuran ovality adalah 4 buah, dan maksimal adalah 12 buah. Prinsip pengukurannya adalah mengukur jarak antarprobe yang ditempatkan saling  berhadapan satu-sama lain.
75
Prinsip kerja Ovality Measurement.
  1. Cathodic Protection Measurement
Inspeksi ini bertujuan untuk mengecek kondisi Cathodic Protection yang terpasang pada pipeline, apakah masih dapat berfungsi secara efektif atau tidak dalam mengatasi korosi. Alat yang digunakan dalam inspeksi CP adalah alat pigging atau ROV khusus yang telah dipasangi probe-probe pengukur.
76
ROV melakukan CP Measurement.
Masih banyak lagi inspeksi pada pipa yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Data yang diperoleh dari hasil inspeksi akan diberikan kepada client/operator/owner pipa untuk dilakukan tindakan lebih lanjut mengenai kondisi pipa eksisting. Perencanaan inspeksi berikutnya dan perencanaan pekerjaan perbaikan dapat ditentukan melalui analisis hasil inspeksi tersebut.

George Gilbert Mattew
Student ID. 155 12 061
Course: KL4220 Subsea Pipeline
Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, MSE, Ph. D./ Eko Charnius Ilman, ST, MT
Ocean Engineering Program, Institut Teknologi Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar