Eksplorasi minyak dan gas (migas) lepas pantai/offshore membutuhkan teknologi yang mutakhir karena lokasi reservoir/sumber migas yang jauh dari darat dan terletak di kedalaman yang bervariasi. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas infrastruktur penunjang pekerjaan tersebut, diantaranya adalah anjungan lepas pantai (platform), struktur terapung, dan pipeline.
Offshore Pipeline umumnya berfungsi untuk menyalurkan/mentransmisikan hidrokarbon dalam bentuk cair atau gas dari reservoir atau fasilitan eksplorasi yang berada di lepas pantai. Karena lokasi reservoir yang berada di dalam dasar laut/seabed, maka pipeline pun harus diletakkan di bawah laut pula, untuk kemudian mengalirkannya ke fasilitas di darat. Istilah lain dari offshore pipeline adalah subsea pipeline.
Ukuran pipeline yang digunakan beraneka ragam, mulai dari 8” hingga 40”. Jarak yang ditempuh oleh pipeline dari reservoir hingga daratan bervariasi, mulai dari hanya beberapa kilometer saja, hingga yang terpanjang saat ini mencapai 1,200 kilometer (terletak di Laut Utara, menghubungkan Norway dengan Britain). Tentu bukan perkara mudah untuk meletakkan/instalasi pipa dengan ukuran yang besar dan panjang yang mencapai ratusan kilometer.
Hingga saat ini, terdapat 3 metode instalasi offshore pipeline yang umum digunakan, yaitu:
- Tow-in
‘Menderek’ pipa menggunakan kapal kecil. Berdasarkan kedalaman pipa saat diderek. terdapat 4 jenis tow-in, yaitu:
- Surface Tow
Sumber: slide kuliah
- Mid-depth Tow
Sumber: slide kuliah
- Off-bottom Tow
Sumber: slide kuliah
- Bottom Tow

Sumber: slide kuliah
- S-Lay
Pipa digelar ke dalam laut melalui bagian belakang laybarge, sambil barge tersebut bergerak maju secara perlahan. Pipa akan membentuk bengkokan seperti huruf S saat pipa mulai keluar dari laybarge hingga menyentuh seabed (touchdown point). Alat khusus yang berfungsi untuk mengatur keluarnya pipa dari bagian belakang laybarge disebut stinger.
Saat proses penggelaran berlangsung, tegangan pada pipa harus diatur sedemikian rupa agar pipa tidak mengalami buckling. Alat yang digunakan untuk mengatur hal ini adalah tensioner, yang terletak di bagian dalam laybarge.
S-Lay umumnya digunakan hingga pada perairan dengan kedalaman 6,500 feet. Dalam satu hari, sepanjang 6 kilometer pipa dapat digelar menggunakan metode ini.
Ilustrasi S-Lay
Contoh S-Lay laybarge.
- J-Lay
Metode ini menghasilkan tegangan pada pipa yang relative lebih rendah dibanding metode S-Lay. Pipa akan diletakkan dalam posisi hampir vertikal pada tower di deck laybarge. Kemudian, pipa diturunkan ke dalam laut. Saat proses penggelaran, pipa akan membentuk bengkokan seperti huruf J mulai dari peluncuran hingga mencapai touchdown point.
Biasanya, metode J-Lay digunakan pada kedalaman perairan yang tidak mampu dijangkau oleh metode S-Lay.
Ilustrasi J-Lay
Contoh J-Lay laybarge.
Sumber:
George Gilbert Mattew
Student ID. 155 12 061
Course: KL4220 Subsea Pipeline
Prof. Ir. Ricky Lukman Tawekal, MSE, Ph. D./ Eko Charnius Ilman, ST, MT
Ocean Engineering Program, Institut Teknologi Bandung







Tidak ada komentar:
Posting Komentar